Bulan September adalah bulan yang membuat kita – warga Indonesia yang menghargai sejarah – mengingat kembali kekejaman pengkhianatan kaum ekstrem kiri yakni PKI. Di setiap malam penghujung bulan ini, di dalam rumah-rumah warga diputar film Pengkhianatan G30S/PKI yang di sutradarai oleh Arifin C Noer dan dirilis tahun 1980 an ini. Kita sebagai warga republik ini, terutama generasi X dan Y nya, seolah sudah fasih menceritakan ulang isi dari film tersebut atau hanya menceritakan hikayat-hikayat nyata tentang pembantaian para loyalis NKRI dan kaum-kaum beragama yang dilakukan oleh setan-setan PKI. Namun apabila dirunut lebih jauh ke belakang, jika kita mengetahui kisah-kisah kelam yang benar-benar terjadi, maka itu adalah kenyataan yang sangat pahit.
Di tahun 2015 lalu, dua orang penulis bernama Anab Afifi dan Thowaf Zuharon telah menulis beberapa kisah nyata tentang pengkhianatan PKI dari tahun 1946 sampai 1965, dalam sebuah buku berjudul ‘Ayat-ayat Yang Disembelih’. Ya, PKI sempat menjadi partai politik yang legal di hari-hari tersebut, dan beberapa pahlawan gugur menjadi korban dari pembantaian setan-setan komunis itu, seperti Raden Otto Iskandardinata, seorang pengajar di Persyarikatan Muhammadiyah yang hingga kini jasadnya tak dapat lagi ditemukan karena dipancung dan jasadnya di buang di pantai selatan Jawa Barat.
Awalnya, seorang saksi mata menceritakan bahwa Pasukan Ubel-ubel Hitam yang diketuai oleh Usman telah berhasil mengambil alih secara paksa kepemimpinan Bupati Tangerang saat itu, yakni Agus Padmanegara. Kemudian Usman yang menjadi Bupati Tangerang setelahnya mendeklarasikan bahwa dia menolak Pemerintah RI. Pasukan Ubel-ubel hitam juga kemudian menculik, merampok, membunuh, dan membakar porperti warga sekitar Mauk, Kronjo, Kresek dan Sepatan yang dianggap sebagai loyalis pro RI. Agaknya saksi mata tersebut mulai sadar dengan keganjilan-keganjilan yang terjadi yang disebabkan oleh Usman.
Pada suatu pagi 20 Desember 1945, pada pukul 08.30 di tepi pantai Ketapang, Mauk, Tangerang, seorang bawahan Usman bernama Mujitaba dan beberapa komplotan Ubel-Ubel Hitam tengah memancung seorang laki-laki dewasa, dan kemudian jasad beserta potongan kepala laki-laki itu dilarung ke tengah samudera dan lenyap. Baru stelah 14 tahun kemudian beberapa penyidik menemukan fakta-fakta bahwa yang dipancung itu merupakan seorang Menteri Pertahanan RI Pertama sekaligus salah satu pengurus Budi Utomo, bernama Raden Otto Iskandardinata.
Keluarga Otto hanya mengambil seember pasir di tempat Otto dipancung dan mengambil pula sebotol air laut. Dua benda tadi sedianya akan dimakamkan oleh keluarga Otto Iskandar Dinata sebagai symbol pengganti jasad Otto yang sirna. Tentunya, kisah syahidnya Otto Iskandar Dinata, membuktikan bahwa PKI memang benar-benar keterlaluan kejamnya. Tak pantas bagi kita warga negara Republik Indonesia yang cinta akan NKRI dan Pancasila ini terhasut oleh beberapa oknum yang sengaja akan mengaburkan sejarah republik ini.
Oleh: Putra Adi Wijayana
Sumber:
Arnab Afifi, T. Z. (2015). Ayat-ayat Yang Disembelih. Jakarta Selatan: Jagat Publisher.