Setiap Kawasan atau tempat selalu memiliki nama dan penamaannya tak lepas dari sejarah berdirinya atau ditemukannya tempat atau kawasan tersebut. Di budaya Jawa disebut dengan istilah “mbabat alas” atau membuka hutan dalam istilah bahasa Indonesia. Tentunya pemberi nama tempat atau kawasan tersebut bukan orang sembarangan, bisa merupakan seorang pemimpin, raja, orang “sakti”, atau pemuka agama. Seperti pada suatu epos di dalam seni pementasan tradisional Ludruk berlakon “Babat Alas Suroboyo”, yang mengisahkan Arya Gajah Situbondo yang konon demi mendapat seorang puteri raja, beliau rela berlomba dengan Joko Dolog untuk ‘mbabat alas´ yang nantinya alas atau hutan menjadi sebuah kawasan yang diberi nama Suroboyo. Namun apakah ada sebuah kawasan yang penamaannya di masa lalu berubah total di masa sekarang secara karakteristik?
Ialah sebuah kawasan di kota Yogyakarta yang bernama Sayidan, yakni sebuah kampung yang namanya berbau Islam atau bahasa Arab, namun kini telah jarang ditemukan penduduk berketurunan Arab Yaman, yang dahulu datang dari kota Hadramaut. Lantas bagaimana bisa? Menurut Dinas Pariwisata Yogyakarta, Kampung Sayidan berada di kelurahan Pawirodirjan, Kecamatan Gondomanan. Lokasi tersebut terletak tidak jauh dari objek wisata Taman Pintar. Kampung tersebut dinamakan Sayidan karena banyaknya warga keturunan Arab yang notabene keturunan Rasulullah Muhammad SAW atau yang kerap disebut sebagai “Sayid”.
Lantas apakah masih ada orang-orang Arab Hadrami (Pen. Orang-orang Arab yang berasal dari Hadramaut, Yaman) di kampung Sayidan saat ini? Memang sejauh ini tidak ditemukan catatan sejak kapan kaum Arab Hadrami tiba di Yogyakarta. Ditelusuri bahwa kaum Arab Hadrami yang menetap dan berbisnis di Yogyakarta bahkan sejak abad ke-20 telah membaur dengan adat dan budaya Jawa karena mereka telah mengalami dilema identitas. Komunitas keturunan Arab Yogyakarta yang lahir di awal abad ke-20 telah “menjadi sangat Jawa”, bahkan sampai kini mereka lebih senang dengan terlihat atau tampil dengan ke-Jawa-annya daripada ke-Hadrami-annya. (Fatiyah)
Kini, kampung Sayidan yang diduduki oleh warga mayoritas suku Jawa dan beberapa warga keturunan Tiongkok itu telah menjadi tujuan wisata di kota Yogyakarta karena ditinjau dari segi arsitekturnya yang kuno dan vintage. Para kawula muda juga menjadikan kampung Sayidan sebagai tempat nongkrong, berfoto ria dan menikmati kopi, semenjak Shaggydog mempopulerkan sebuah lagu berjudul “Di Sayidan”.
Oleh Putra Adi Wijayana
Referensi:
Fatiyah. “Bertahan Di Tengah Pergulatan Zaman.” E-Journal UIN Suka (2012): 275-280. Document.